REMBANG - Jika Anda singgah di Kota Rembang, Jawa
Tengah, belilah oleh-oleh "Siroop Kawis". Aroma dan cita-rasanya khas,
harum segar manis tiada tandingan. Sebab, bahan siroop dibuat dari buah
asli, Kawis. Yang memprihatinkan, pohon Kawis di daerah itu kini mulai
langka. Jika tak diperhatikan, niscaya suatu saat bisa punah.
Saat penulis sekolah SR-SMP di Rembang (1960), masih banyak dijumpai pohon Kawis (limonia acidissima),
di pekarangan rumah warga Tionghoa (Kp.Grajen). Dua klenteng di kota
itu, di halamannya juga tumbuh pohon Kawis. Saking lezatnya, buah ini
dinilai hanya pantas disantap raja. Buah Kawis menjadi buah persembahan
utama pada setiap ritual persembahyangan besar di Klenteng Rembang.
Waktu itu, di setiap halaman/pekarangan rumah warga Tionghoa, dari
Grajen sampai Tawangsari dan kampung lain, tumbuh belasan sampai puluhan
pohon Kawis yang cabangnya penuh duri itu. Pohon-pohon Kawis, tegak
berdiri di antara kandang Babi. Saat masih muda, kulit batok buah Kawis
seakan dibalut bedak putih. Setelah masak seukuran kepalan orang dewasa,
batoknya berwarna coklat tua dan sangat keras.
Kawis masak dibiarkan jatuh ditanah berminggu-minggu. Baru dipunguti
pemiliknya, setelah semua jatuh dari pohon, lalu dijual pada pabrik
lemon setempat. Waktu itu pabrik lemon paling terkenal merk "Ayam Jago",
berdiri tahun 1950-an di Jl Diponegoro Rembang. Produk lemon Kawis-nya
yang sangat terkenal saat itu, populer disebut "rasa moca" (sejenis
"kola", sekarang).
Karena lemon kalah oleh produk minuman modern seperti dikonsumsi
masyarakat sekarang, membuat pabrik-pabrik lemon di daerah Rembang
bangkrut. Termasuk pabrik lemon di Jl Diponegoro ikut ambruk, tetapi
bangkit lagi sampai kini dengan merk baru dan produk baru bderupa,
"siroop bercita rasa khas yaitu Kawis" dari bahan buah Kawis tulen.
Siroop Kawis Rembang kini terkenal secara nasional. Karena siroop Kawis
ini pula, daerah Rembang dikenal di mana-mana. Produk siroop Kawis,
sekarang menjadi ikon Kabupaten Rembang. Belum ada daerah lain di
Indonesia bahkan di dunia, memproduksi siroop dengan aroma dan cita rasa
Kawis. Kepopuleran siroop Kawis Rembang, sampai AS dan Finlandia, ucap
Swie Ging teman sekelas penulis di SD dulu.
Terancam Punah
Dua puluh tahun ini, tanaman Kawis yang asal India (Indian Woodapple)
di daerah Rembang mulai langka, kata Swie Ging. Terpisah, Mulyono dari
Dinas Pertanian-Kehutanan Rembang, membenarkannya. Menurut gelagat saat
ini, suatu saat tanaman Kawis di Rembang akan punah. Kecuali jika semua
pihak terkait, serius melakukan langkah penyelamatan, kata Swie Ging
lagi.
Menurut Mulyono, kian jarangnya pohon Kawis akibat dari berbagai
faktor. Antara lain, lahannya terdesak oleh bangunan perumahan. Selain
itu masyarakat menganggap sebagai tanaman kurang menguntungkan secara
ekonomis. Lagi pula siklus pertumbuhannya relatif lama, dari sejak bibit
ditanam sampai memetik buahnya, terentang waktu 10 tahun.
Sampai tahun 1990, pohon Kawis masih banyak tumbuh di Rembang dan Lasem
(11 Km Timur Rembang). Sejak itu sampai sekarang, jumlah tegakan pohon
tersebut makin berkurang mendekati langka. Buah Kawis yang dagingnya
berwarna coklat-kehitaman dan rasanya amat manis, kini makin sulit
dibeli dipasar tradisional Rembang maupun Lasem.
Dari sensus yang dilakukan Dinas Pertanian-Kehutanan setempat, saat
sekarang tercatat 948 pohon Kawis tumbuh di Kab.Rembang. Tahun 2010
dinas ini melakukan pembibitan tanaman Kawis (berjumlah ratusan) dan
dibagikan gratis pada masyarakat. Lalu hasilnya bagaimana ? Jawab
Mulyono, sulit dipantau perkembangannya setelah bibit-bibit itu
dibagikan !
Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan-Rembang juga
menyebarkan 3.000 bibit pohon Kawis secara cuma-cuma pada masyarakat,
pada tahun 2010 lalu. Mengenai hasilnya, sumber di Perhutani itu
mengatakan, "Kita lihat saja 10 tahun kedepan, tetapi diharapkan 75%
berhasil. Dengan begitu kekhawatiran Kawis punah di Rembang tidak jadi
kenyataan". (Heru Chris).
No comments:
Post a Comment